Kirakira apa yang perlu di koreksikan dari judul ini ?

Ada sebuah rumah-toko di Jakarta Selatan yang di bagian depan terpampang spanduk besar bertuliskan:
DISEWA
EDY
08123456789

tentu maksudnya ruko ini sedang ditawarkan untuk disewakan, yang berminat harap menghubungi Edy di nomor ponsel yang tertera di bawahnya.
Ayah, kenapa sih om Edy itu sombong sekali? Mentang-mentang bisa nyewa toko terus pasang tulisan gede-gede, ada nomor hape-nya lagi, ujar seorang anak yang dibonceng ayahnya ketika motor mereka berhenti di depan ruko yang disewa tersebut. Si kecil benar jika menginterpretasikan kalimat itu menjadi ruko ini disewa oleh Edy karena memang itulah artinya, meskipun maksud pemasangnya tentu bukan begitu.
Agaknya pak Edy terpengaruh dengan kalimat DIJUAL dan berasumsi bahwa jika menjual memakai kata dijual, maka jika menyewakan memakai DISEWA. Ia melupakan kaidah berbahasa dan tidak memedulikan sufiks akhiran kan yang berperan besar dalam membentuk arti sebuah kata. Rasakan saja perbedaannya jika ia menuliskannya seperti ini:

DISEWAKAN
EDY
08123456789

Iklan atau promosi memang punya gaya bahasa atau majas tersendiri yang biasa disebut gaya bahasa iklan. Gaya bahasa ini tentunya tak harus dikuasai oleh para advertiser, karena di bagian kreatif pembuat iklan sudah ada yang bertugas mengolah bahasa produsen menjadi bahasa iklan. Sekalipun biro iklan punya ahli bahasa, namun sebaiknya juga pihak pengiklan (baca: klien) jangan melupakan kaidah berbahasa yang benar.
Contohnya masih ada iklan yang memakai titik di belakang lambang rupiah (Rp.100) hanya karena klien merasa tidak sreg jika tanpa titik (padahal Rp sudah jadi lambang, bukan singkatan). Ada juga yang mengira bahwa penulisan bulan November adalah bukan bahasa Indonesia, sehingga minta diganti jadi Nopember. Atau kasus spasi terhadap tanda seru, atau tanda tanya (Kok bisa ?). Lebih memilih memakai s/d untuk mengganti kata majemuk sampai dengan, daripada memakai s.d. dengan alasan Biasanya begitu!.
Menulis dalam bahasa Indonesia ternyata tidak semudah menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Perlu dibedakan antara bahasa lisan dan tulisan, antara resmi dan tidak resmi. Sayangnya pembagian bahasa seperti itu tidak diperkenalkan sejak dini. Sekarang mah boro-boro, malahan banyak sekolah yang bangga murid-muridnya lebih menguasai bahasa asing dibanding mengerti bahasa sendiri. Jika begitu, kira-kira bisa nggak mereka mengoreksi kalimat judul di atas? [b/w]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar