Mama Bisa Bikin Kita Jadi Rubah!

rubahlah

Kasus penggunaan kata ubah yang salah sebenarnya bejibun contohnya, di sini kita coba mencari yang jelas-jelas terlihat dan celakanya, tidak diperbaiki juga. Salah satu contoh nyata adalah yang ada di film iklan seorang paranormal kondang. Iklan yang menawarkan ramalan nasib lewat sms ini biasanya tayang di stasiun televisi swasta nasional di atas jam sepuluh malam waktu Indonesia bagian barat.

Entah apa yang ada di dalam benak sang kreator atau penulis naskah iklannya, mengapa membawa-bawa binatang rubah di iklan ini? Jika kita melihat langsung filmnya, sungguh sial nasib si kata dasar ubah ini. Ibarat peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga, sudah dipaksa menjadi rubah masih kena sial lagi dengan dibaca menjadi robah, kata dirubah yang seharusnya diubah juga dibaca dirobah.

Namun ingat, saya tidak mampu bisa merobah nasib Anda, hanya saya bisa kasih solusi supaya Anda bisa merobah nasibmu sendiri, ketik reg, spasi…. begitulah penggalan kalimat yang diucapkan di dalam iklan tersebut. Lagi-lagi si ubah benar-benar diubah total mulai dari tulisan hingga pengucapannya. Kalau istilah kata anak jaman sekarang, Ampyuuun dijeeey!

Bahasa Indonesia seharusnya tak hanya dipakai dengan tepat oleh para guru, para siswa, atau pun para ahli bahasa saja, tapi juga sebagai bahasa persatuan nasional, bahasa Indonesia sudah selayaknya diterapkan dengan baik oleh seluruh individu yang berstatus warga negara Indonesia (WNI) tanpa kecuali, apalagi untuk keperluan publikasi media secara luas. Jadi sang peramal yang terkenal ini juga seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar jika memang beliau seorang WNI. Jangan mentang-mentang keturunan londo terus bisa seenaknya berbahasa Indonesia, bukan? (b\w)

*untuk lihat kamus kata ‘ubah’ klik di sini
*untuk lihat pengertian Bahasa Indonesia baik & benar klik di sini

(19 Agustus 2009)

Kuis Pendidikan yang Tak Cinta Bahasa Indonesia





merubahkuis1



Disebut apakah merubah puisi menjadi bentuk prosa? Kalimat pertanyaan tersebut, seperti juga yang terlihat pada gambar, keluar dalam sebuah kuis yang cukup menghibur di Global tv pada Sabtu 11 Juli 2009. Nama kuisnya memang cukup panjang: Are You Smarter than a 5th Grader?, ya kira-kira terjemahan bebasnya: Emangnye loe lebih pinter dari anak kelas 5 SD? Sebuah kuis adaptasi dari Fox Broadcasting Company.


Kuis yang dipandu Tantowi Yahya itu sedang mendatangkan Dave Hendrik sebagai peserta, yang saat itu memilih jenis pertanyaan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 4. Sayangnya Dave tidak tepat menjawabnya, untungnya seluruh panelis anak SD yang ada di sana tahu jawabannya yaitu parafrase, tapi tentu bukan hal itu yang akan dibahas di sini. 

Perhatikan kata merubah pada kalimat pertanyaan untuk anak kelas 4 SD itu yang seharusnya mengubah (untuk melihat kata dasarnya dari kamus klik di sini). Sungguh disayangkan sebuah kuis yang berbasis pendidikan ternyata pengelolanya tidak punya perhatian terhadap bahasa nasional kita. Atau mungkin karena dari namanya saja kuis ini memang bukan kuis Indonesia?

Kasihan sekali bangsa ini, generasi sekolah dasarnya malah lebih piawai berbahasa asing, tak paham dengan bahasa nasionalnya sendiri.[b\w]

(22 Juli 2009)

Ayo BERUBAH Jadi UBAH!

rubahlah-copy
Kenapa ya masih banyak orang yang nggak mau peduli terhadap bahasanya sendiri? Masih banyak yang memakai kata ubah dengan rubah, padahal rubah itu jenis binatang…

dari KBBI daring:
ubah v, berubah v 1 menjadi lain (berbeda) dr semula: wajahnya agak ~ ketika dirasanya sambutanku tidak begitu hangat; dunia rupanya sudah ~ , wanita sekarang berambut pendek; 2 bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yg lain: ia bersemadi, lalu badannya ~ menjadi raksasa; paham politik partai itu ~; 3 berganti (tt arah): ~ arahnya;
~ akal 1 gila; 2 berganti (pikiran, haluan, arah, dsb); ~ ingatan gila; ~ mulut berubah kata-katanya (pendapatnya); mengingkari janji; ~ pendirian berubah pendapat (paham, keyakinan, dsb); ~ pikiran berubah akal; ~ setia tidak patuh lagi;
berubah-ubah v selalu berubah; berkali-kali berubah; tidak tetap: kemauannya ~ dr waktu ke waktu;
mengubah v 1 menjadikan lain dr semula: timbul niatnya untuk ~ kebiasaan yg buruk itu; 2 menukar bentuk (warna, rupa, dsb): operasi telah ~ hidungnya yg pesek menjadi agak mancung;; 3 mengatur kembali: ~ susunan kalimat;
~ kata mengingkari janji;
mengubahkan v 1 mengubah untuk orang lain: ia ~ baju adiknya; 2 menyebabkan berubah;
terubah v sudah diubah; dapat diubah;
ubahan n 1 sesuatu yg sudah berubah atau sudah diubah; sesuatu yg berlainan dng yg semula; 2 hasil mengubah: ini adalah ~ adikku;
peubah n Stat 1 simbol yg digunakan untuk menyatakan unsur yg tidak tentu dl suatu himpunan; 2 besaran yg bervariasi atau besaran yg dapat mengambil salah satu dr suatu himpunan nilai tertentu (dl matematika); variabel
perubah n Mat simbol yg digunakan untuk menyatakan unsur yg tidak tentu dl suatu himpunan; peubah;
perubahan n 1 hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran: rupanya ~ cuaca masih sulit diperhitungkan; 2 Man perbaikan aktiva tetap yg tidak menambah jumlah jasanya;
~ iklim peralihan cuaca yg mencolok yg terjadi di antara dua periode tertentu dr suatu wilayah iklim; ~ sosial perubahan pd berbagai lembaga kemasyarakatan, yg mempengaruhi sistem sosial masyarakat, termasuk nilai-nilai, sikap, pola, perilaku di antara kelompok dl masyarakat; ~ tipe Met perubahan cuaca dr satu tipe ke tipe lain, sering terjadi secara mendadak;
memperubahkan (dng) v memperlainkan (dr); memperbedakan (dr): ia ~ anak ini dng anak lainnya;
pengubah n orang atau sesuatu yg mengubah;
pengubahan n proses, cara, perbuatan mengubah: ~ susunan kalimat itu dilakukan berkali-kali 

(15 Juli 2009)

INCUMBENT

Incumbent. Kata ini sedang sering dipakai. Di masa pemilihan presiden saat ini, kata incumbent bisa jadi senjata untuk melemahkan lawan politik, bisa juga jadi alat untuk bela diri. Karena bahasan ini ada di blog tentang bahasa Indonesia, tentu saja pertanyaan wajibnya adalah: apakah ada bahasa Indonesianya? Jika ada, mengapa orang lebih suka memakai kata aslinya dibandingkan padanannya dalam bahasa Indonesia? Ah, sudahlah… :D 

Menurut kamus.net, kata incumbent merupakan kata benda (noun) yang berarti:
* berkewajiban
* yg sedang memegang jabatan
* pemegang jabatan
Tambahan arti dari Bahasa, please adalah yang masih menjabat


Memang lebih enak mengucapkan incumbent daripada yang sedang memegang jabatan bukan? Ya itulah bahasa Indonesia, kurang kosa kata, sehingga banyak kata yang panjang uraian artinya, bahkan dibandingkan bahasa daerah, contohnya bahasa Jawa yang lebih banyak kosa kata yang bisa menerangkan banyak arti dalam satu kata. Kata unduh yang menggantikan download diambil dari bahasa Jawa. Tapi biar bagaimana pun, bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang wajib kita cintai.

(17 Juni 2009)

Indonesia Punya 746 Bahasa Daerah

Silakan baca beritanya yang diambil dari e-paper Kompas hari ini Rabu 27 Mei 2009 halaman 12.

304-bahasa-daerah

5 Responses to “Indonesia punya 746 bahasa daerah”

  1. luvjoy says:
    pendek amat ni postingan bang?? tumben
    .
    = hehe… berarti idenya juga lagi “pendek” :D
  2. tanyasaja says:
    hi salam kenal ya :)
    .
    + salam kenal juga :)
  3. papadanmama says:
    waah…waaaah…baru tau nih, ternyata bahasa daerah di indo ini buanyaaaaak bgt ya? ck..ck..ck..
    salam kenal, thx dah berkunjung dan komentar di blog saya :)
    .
    = sama-sama :D
  4. wiiih kaya juga Indonesia kita dengan budaya nya ya.makasih infonya loh bos.
    .
    = makasih juga udah mampir :D

Slogan Para Calon Presiden

Meski agak gemas menyaksikan tingkah polah para elit politik yang seakan haus kekuasaan, tapi memperhatikan slogan yang mereka ciptakan sepertinya lucu juga jika dibahas di sini. Urutannya berdasarkan pernyataan pers mereka pada tanggal 15 Mei 2009 lalu.

Jusuf Kalla sepertinya ingin bersikap konsisten dengan slogannya LEBIH CEPAT LEBIH BAIK sehingga ia paling dahulu mengumumkan kesiapannya untuk maju ke pertarungan pemilihan presiden dengan menggandeng Wiranto, sehingga simbol pengucapannya jadi JK-WIN. Pastilah Anda mahfum kenapa singkatannya bukannya JK-WIR? Karena siapapun yang ikut kompetisi pastilah berharap menang alias win.

JK tetap membedakan antara merek dan slogan (brand & tagline). Dengan merek JK-WIN, slogannya tetap Lebih Cepat Lebih Baik. Sebuah slogan yang tampaknya benar-benar hendak diwujudkan pemiliknya, terbukti dengan selalu menjadi yang pertama datang ketika pendaftaran dan pemeriksaan kesehatan. Meski semua orang tahu, karena selalu lebih cepat itulah yang menyebabkan JK tidak diajak bersama lagi supaya kita bisa.


Soesilo Bambang Yudhoyono tentunya tetap dengan brand-nya yang sudah mengakar, meski mirip dengan singkatan ibukota provinsi Jatim: SBY. Setelah melalui pertimbangan dipilihlah seorang Boediono sehingga merek kampanyenya jadi SBY BERBUDI. Sebuah penggabungan yang cerdik, sehingga kepanjangannya jadi SBY bersama Boediono, meski kalo mau konsisten harusnya jadi SBY berBOEDI ya, hehe…. Walau kedengaran agak nanggung, karena kata berbudi itu kan terbiasa ditambahkan, misalnya berbudi luhur, berbudi pekerti, dll. Semoga saja tindakan berbudinya terhadap rakyat juga nggak nanggung. SBY BERBUDI sebenarnya lebih mirip slogan ketimbang merek. 

Kenyataannya SBY juga tetap mempertahankan slogannya LANJUTKAN! yang sesungguhnya tidak akan terwujud jika SBY tidak menyertakan JK. Menurut acara Democrazy, jika tanpa J dan K slogan tersebut hanya menjadi kata LANUTAN.

Capres terakhir yang hampir tengah malam menyatakan siap maju bersama Prabowo Subianto adalah Megawati Soekarnoputri yang hingga detik ini memilih merek penggabungannya menjadi MEGA-PRO. Memang lebih enak sih ketimbang MEGA-PRA (mosok masih pra, kapan selesainya?) atau MEGA-BO! Meski sangat mirip dengan nama salah satu jenis motor Honda, tapi lebih mudah ditambah-tambahin. Buktinya hingga saat ini menurut Sekjen PDIP, mereka masih mengusung merek yang sepertinya juga sekaligus slogannya, yaitu MEGA-PRO RAKYAT. Entah nanti setelah deklarasi resmi mereka, yang rencananya tanggal 24 Mei di sentra pemulungan sampah Bantargebang Bekasi, apakah akan berubah sesuai kondisi di sana atau tidak, kita tunggu saja. :D 

(18 Mei 2009) 

Apa Itu Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar?

Sebelum sampai pada pembahasan Bahasa Indonesia yang benar dan baik, terlebih dahulu kita perlu tahu bagaimana standar resmi pembakuan Bahasa Indonesia. Jika bahasa sudah memiliki baku atau standar yang sudah disepakati dan diresmikan oleh negara atau pemerintah, barulah dapat dibedakan antara pemakaian bahasa yang benar dan tidak.

Seperti yang ditulis di buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) tahun 1988, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.

Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda.

Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baku (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 19).

Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh! Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik dan benar, erat sekali ya hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam masalah yang baik dan benar kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk tujuan apa kita berbahasa. Makin bingung kan? Sama dong:D

Konstituen Itu Apa sih?

Masih membahas masalah kata-kata yang marak bersliweran di masa Pemilu 2009 ini. Paling sering diucapkan adalah tentang komunikasi politik. Nggak ada yang salah sih sama istilah ini, hanya saja awalnya agak tak biasa kata komunikasi disandingkan dengan kata politik. Kini, saking seringnya disebut sehingga boleh menjadi istilah baru yang mungkin artinya adalah: pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak, dengan tujuan mencapai kesepakatan politik, atau hubungan di wilayah politik.

Kata konstituen juga banyak mendulang ucapan dan tulisan. Menurut Andrias Harefa, Konstituen adalah seseorang yang secara aktif mengambil bagian dalam proses menjalankan organisasi dan yang memberikan otoritas kepada orang lain untuk bertindak mewakili dirinya. Seorang konstituen memberikan otoritas kepada pemimpin, bukan sebaliknya. Konstituen itu bisa pegawai/bawahan, tetapi juga bisa konsumen, para pemegang saham, para pemasok, dan mitra bisnis lainnya, dan warga negara, demikian Kouzes dan Posner (Credibility, 1993) mengusulkan istilah pengganti follower atau employee.

Tapi lain lagi menurut KBBI Daring:
konstituen /konstitun/ n 1 bagian yg penting, msl natrium adalah konstituen garam dapur; 2 unsur bahasa yg merupakan bagian dr satuan yg lebih besar; bagian dr atau pendukung konstruksi (msl pena saya, lebih tajam, daripada, dan senjata Anda adalah konstituen dr pena saya lebih tajam daripada senjata Anda);
– akhir komponen yg dihasilkan dl tahap akhir dr analisis konstituen; – langsung komponen yg dihasilkan dl tahap pertama dr analisis konstituen; – terbagi unsur tunggal yg muncul diantarai oleh unsur lain; – terdekat konstituen langsung; – terjauh konstituen akhir.


Bagaimana jika kita melihat ke buku Tesaurus Bahasa Indonesia-nya Eko Endarmoko terbitan Gramedia? Pada halaman 334 kita akan menemukan seperti ini:
konstituen /konstitun/ n anasir, anggota, bagian, elemen, faktor, komponen, partikel, unit, unsur, zat.


Ada perbedaan yang cukup mendasar antara arti harafiahnya dengan arti populernya. Kita lihat contohnya dalam sebuah tulisan di tempointeraktif :
Belajar dari sistem pemilu berbasis kandidat, sapaan dan dialog langsung dengan konstituen adalah format komunikasi politik paling efektif. Jika ini terbangun sejak saat pemilu, representasi kepentingan konstituen akan lebih mudah diantarkan oleh para kandidat pascapemilu. Ini akan menjadi modal dasar yang sangat penting untuk menciptakan parlemen yang lebih berintegritas di masa mendatang.

Entah bagaimana awalnya para politisi dan juga media menemukan kata ini sebagai kata ganti orang yang kira-kira artinya berhubungan dengan para pemilih, rakyat, kader, simpatisan, atau mungkin bahasa yang lebih kerennya lagi adalah stakeholders? Walah, makin mbingungi
Kata ‘koalisi‘ adalah juaranya saat ini, dan juga yang paling aman, karena di KBBI Daring punya pengertian yang memang berhubungan dengan politik:
koalisi n Pol kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara dl parlemen: kabinet — itu didukung oleh tiga partai politik yg besar;
berkoalisi v bekerja sama antara beberapa partai dsb: ketiga partai oposisi telah sepakat untuk ~


Mari kita tunggu ada istilah baru apa lagi yang akan marak disebut dan ditulis pada tahun Pemilu ini. Semoga bisa makin memperkaya kasanah bahasa kita, bukannya makin membingungkan.

(18 April 2009)