Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi ASEAN



Menjelang giliran Indonesia menjadi ketua ASEAN (Association of Southeast Asia Nations), dan juga target pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015, pihak Kementerian Luar Negeri RI mulai melakukan sosialisasi kepada berbagai elemen masyarakat, salah satunya adalah komunitas para narablog atau blogger. Singkat cerita, Bahasa, please! menyempatkan diri untuk datang di salah satu acara sosialisasi tersebut yang bekerjasama dengan Blogger Bekasi, diadakan di Hotel Horison, Bekasi, pada bulan Agustus 2010 lalu.

Tentu pertanyaannya, apa hubungannya sebuah blog yang membahas tentang bahasa bisa ikut-ikutan ngebahas masalah politik luar negeri? Panjang sih kalau mau ditulis pembenarannya, tapi bukankah politik luar negeri bisa berlangsung karena adanya komunikasi? Bukankah komunikasi bisa berlangsung karena adanya bahasa?

Selama ini negara-negara di kawasan ASEAN selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, bisa jadi juga hal ini karena beberapa negara ASEAN adalah negara Persemakmuran, yaitu kelompok negara-negara bekas jajahan Inggris Raya seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dua negara lainnya yang merupakan sekutu Amerika Serikat (Filipina & Thailand) juga pasti akan senang jika menggunakan bahasa Inggris.

Bagaimana jika ASEAN punya bahasa resmi di luar English? Jika memang ada, tentunya akan memberi nilai lebih serta kebanggaan sebagai bangsa Asia Tenggara. Lalu, bahasa apa yang layak dijadikan Bahasa ASEAN (lingua franca)? Bahasa Indonesia mungkin adalah kandidat utamanya karena jumlah pemakai resminya di atas 100 juta orang (menurut Ethnologue 260 juta), sedangkan bahasa Melayu hanya dipakai resmi di Malaysia dengan penduduk sekitar 27 juta, dan Brunei yang kurang dari 400 ribu orang, plus sebagian dari 4 jutaan penduduk Singapura.

Sebagai warga Indonesia kita harus bangga jika Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa resmi ASEAN, tapi tentunya tidak mudah untuk menuju ke sana. Meskipun sebenarnya yang harus kita lakukan bisa jadi sangatlah mudah. Contoh sederhana adalah ketika kita menulis status dalam bahasa Indonesia di Facebook atau Twitter misalnya, meski untuk berkomunikasi dengan teman warga asing tetap menggunakan english.

Contoh lain ketika banyak yang menggunakan kalimat pray for Indonesia ketika terjadi bencana kemarin. Padahal jika kita menggunakan doa untuk Indonesia akan lebih membumi, dan jika terbaca hingga lintas negara mereka akan berusaha mencari tahu apa itu artinya, dan ini sangat membantu perkembangan bahasa kita di dunia internasional. Saat ini bahasa Indonesia berada di urutan 7 dunia dari banyaknya jumlah penuturnya, jadi wajar jika menjadi bahasa resmi ASEAN setelah english, atau sebaliknya? J [b\w]


 * Tulisan ini diambil dari blog awal "Bahasa, please!" http://benwal.blogdetik.com (ditulis 14 November 2010) yang ternyata menuai banyak komentar yang juga menarik untuk dibaca. Berikut di bawah ini adalah semua komentar yang telah disalin-rekat dari sana:

  • Muhammad Mirza 2 years ago
    Bahasa Suku Bangsa Moken yang berasal Myanmar mempunyai Bahasa yang mirip Bahasa yang kini kita pergunakan >> http://word-dialect.blogspot.com/2012/04/bahasa-moken.html

  • Muhammad Mirza 2 years ago
  • Muhammad Mirza 2 years ago
    Pada dasarnya Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia berasal dari Satu Akar yaitu Bahasa Melayu Riau-Johor >>http://www.tamadunmelayu.info/2011/12/sepuluh-bukti-bahasa-melayu-kepulauan.html dan Bahasa-Bahasa Asli yang terdapat di Pilipina kebanyakan berasal dari Bahasa Melayu Lama. Gagasan Bahasa Indonesia adalah Pembakuan dan Modernisasi Bahasa Melayu. Jika kita lihat lebih jauh lagi ke seluruh ASEAN,kelihatan bahwa pengguna bahasa-bahasa melayu atau bahasa-bahasa yang mirip melayu atau dalam cakupan lebih luas disebut Austronesia/Malayo-Polynesia jumlahnya jauh lebih Banyak dan di Masa Lampau,Bahasa Melayu (Pasar & Kerajaan)adalah Bahasa Pergaulan di Asia Tenggara,khususnya di Nusantara (silah dilihat surat-surat yg ditulis oleh sultan-sultan dan raja-raja di Nusantara yang terdapat di Museum Pos Indonesia,Taman Mini Indonesia Indah). Kesimpulannya Bahasa yang pantas menjadi Bahasa ASEAN adalah Bahasa Indonesia,tapi alangkah baiknya jika Bahasa Indonesia yang sudah menjadi Bahasa ASEAN masukan pula unsur-unsur dari Bahasa Thailand,Vietnam dan Kamboja serta Timor Leste.

  • bee 5 years ago
    Agak susah untuk menjadikan bhs Indonesia sbg bhs resmi Asean. Pertama, krn dalam piagam Asean telah ditentukan bahwa bhs resmi Asean adalah bhs Inggris. Walaupun mungkin isi piagam tsb bisa diubah, tapi rasanya tidak bisa dilakukan dgn mudah. Apalagi tujuannya “hanya” penentuan bahasa resmi, sesuatu yg tidak terlalu penting.
    Kedua, dgn berasumsi piagam Asean bisa diubah (entah bagaimana caranya), juga sulit dilakukan krn bhs Indonesia hanya digunakan di SATU negara saja di Asean, yaitu Indonesia. Negara2 lainnya tidak menggunakan bhs Indonesia. Dgn mekanisme demokratis, bhs Indonesia tidak akan bisa jadi bhs resmi Asean, walaupun jumlah penduduk Indonesia adalah yg terbesar dibanding negara2 Asean lainnya. Besarnya jumlah penduduk Indonesia tidak banyak bermanfaat krn suara anggota Asean adalah 1 untuk setiap negara, tak peduli berapa pun jumlah penduduknya.
    Ketiga, ini yg paling penting, adalah tingkat kepercayaan diri pengguna bhs Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini adalah kita, warga negara Indonesia. Jika kita sendiri selaku pengguna utama, atau bahkan pemilik bhs tsb, tidak percaya diri dgn bhs Indonesia, bagaimana kita bisa mengharapkan itu menjadi bhs resmi Asean? Jangankan untuk hal2 yg sifatnya dari luar ke dalam (promo wisata, komunikasi antar bangsa, dlsb), hal2 yg sifatnya dari dalam ke dalam (sesama orang Indonesia) saja, kita masih sering menggunakan bhs Inggris. Coba liat bhs komunikasi dalam banyak kegiatan kita, bahkan bung Benwal sudah beberapa kali menampilkan tulisan terkait hal ini, misal: coin a chance, pray for Indonesia, writers for Indonesia, bus way, dlsb, dst. Pun jika tidak benar2 bhs Inggris, biasanya berupa serapan langsung dari bhs Inggris, seolah-olah bhs Indonesia demikian miskinnya, misal: donasi (sumbangan), selebrasi (perayaan), destinasi (tujuan), dlsb, dst.
    Jadi, kita tidak perlu muluk2 berharap bhs Indonesia akan menjadi bhs Asean, apalagi bhs internasional, selama kita sendiri, orang Indonesia, belum mampu menghargai dan bangga atas bhs kita sendiri, bhs Indonesia. Ini saya baru membahas terkait pengaruh bhs Inggris thd bhs Indonesia. Fenomena lain yg juga tak kalah buruknya adalah bhs alay dan bhs SMS yg semakin meluas penggunaannya sehingga mulai menjadi baku di kalangan tertentu, salah satunya adalah kalangan mahasiswa. Menyedihkan! :(
    *kok jadi panjang komentar saya yah? esmosi ini, esmosi… :D
    .
    = ini adalah komentar yg paling susah untuk dikomentari balik, hahaha… terima kasih mas Bee untuk ulasannya yg jitu! :D


  • haryoshi 5 years ago
    thumbup….
    visit me ok… repository unand
    .
    = terima kasih sudah berkunjung, untuk repository-nya sy sudah beberapa kali berkunjung :)


  • ikram 5 years ago
    Bahasa resmi ASEAN diatur dalam Piagam ASEAN. Bahasa Inggris :)
    .
    = untung bukan bahasa Thai… :D

  • Cucu Heramawan 5 years ago

 

INFAL


“Si mbak pulkam terpaksa nyari infal…” begitu tulis salah seorang ibu rumah tangga di status Facebook-nya. Ia sedang bercerita tentang kondisi di mana Pembantu Rumah Tangganya (PRT) yang dipanggil ’si mbak’ itu akan berlebaran di kampung halaman (pulang kampung -pulkam), yang akhirnya memaksa dia harus mencari tenaga PRT pengganti yang bersifat sementara yang kini populer dengan sebutan infal.


Infal juga bisa berarti seorang ibu rumah tangga yang akhirnya pasrah bekerja mengurus rumah tangganya sendiri, atau seorang suami yang akhirnya bekerja mengurus rumah tangga, karena PRT sedang pulkam, dan mereka tidak berusaha mencari penggantinya. Singkat kata mereka jadi meng-infal-kan diri sendiri lah, dan ‘infal’ pun mengalami perluasan makna.


Memangnya kata infal itu arti resminya apa ya? Karena kita tak akan menemukan arti kata ‘infal’ di KBBI Daring. Mungkinkah merupakan kata serapan asing? Dalam english kita akan temukan kata ‘infallible‘ yang artinya: mutlak, sempurna. Atau ‘infallibility’ yang artinya: keadaan tak dapat berbuat kesalahan atau kekeliruan. Mungkin juga dari kata ‘invalid‘ (tak berdaya, sakit, cacat, tidak sah), ‘invalidation‘ (tidak valid), atau ‘invaluable‘ yang berarti: tak terhingga nilainya, karena memang “gaji” seorang infal jauh lebih besar dari gaji PRT biasa?


Sampai di sini belum ketemu asal katanya yang punya arti cocok. Bagaimana kalau kita ke Nederland, karena banyak juga kata-kata Indonesia yang diambil dari bahasa Belanda. Ditemukanlah kata ‘inval‘ yang berarti: penggerebekan, penyerbuan, serbuan. Nah loh, makin jauh aja artinya dari istilah infal yang sekarang. Sepertinya perlu tim peneliti khusus nih untuk mencari silsilahnya si infal ini, atau mungkin perlu digelar seminar sehari untuk membahasnya?


Udah ah, lebay, yang penting kan sekarang bahasa kita jadi tambah perbendaharaan kata. Mau itu asalnya dari bahasa Inggris, Belanda atau mungkin Arab, yang jelas kita secara tidak langsung telah sepakat jika menemukan kata infal berarti merupakan istilah atau sebutan bagi orang yang bekerja sebagai PRT pengganti untuk sementara waktu. Oke? Selamat Lebaran dan menjadi infal, eh… anu… maksudnya mencari infal. :D [b\w]

 * Tulisan ini diambil dari blog awal "Bahasa, please!" http://benwal.blogdetik.com (ditulis 7 September 2010) yang ternyata menuai banyak komentar yang juga menarik untuk dibaca. Berikut di bawah ini adalah semua komentar yang telah disalin-rekat dari sana:

  • dyah 4 years ago
    terima kasih infonya sangat membantu
  • benwal 4 years ago
    terima kasih sudah berkunjung mas Isul dan mas Heri :)
  • heri 4 years ago
    wah makasih infonya ternyata infal artinya penganti to
  • isul 4 years ago
    betul tuh…sekarang banyak term yang aneh-aneh
  • Ivan Lanin 5 years ago
    Asalnya dari kata “invaller”, Om :) Coba cek di sini:
    http://dictionary.babylon.com/dutch/english/
    invaller (de)
    n. substitute, replacement, person or thing that takes the place of another

    .
    = terima kasih banyak atas tambahan infonya, ternyata memang dari bahasa Belanda ya om? kata dasarnya tetap ‘inval’ yg bisa jadi ‘invallen’ jg yg artinya: fall into; raid, invade; substitute, replace (Sports). Terima kasih sekali lagi kepada pak ahli bahasa kita :D


  • tribuminho 5 years ago
    nice……(^^)
    kwkwkwkw good

    .
    = terima kasih sudah singgah :D

  • bolehngeblog 5 years ago
    setuju, kita artikan saja infal = pembantu pengganti/sementara
    Bolehngeblog
    .
    = setuju sesetuju-setujunya :D
 

Bahasa Indonesia dulu baru English




 
Salah satu contoh yang baik, di mana Bahasa Indonesia didahulukan sebelum bahasa asing (English). Masih banyak di negeri ini yang membuat papan petunjuk atau semacamnya yang lebih mendahulukan bahasa asing, sementara bahasa Indonesia setelahnya, atau memakai bahasa campuran yang tidak jelas maksudnya.


Namun dalam memakai bahasa asing perlu juga diketahui aturan-aturan dalam bahasa tersebut, atau kebiasaan yang digunakannya. Dalam kasus di atas, pemakaian “EMERGENCY DOOR” sepertinya kurang lazim dibanding kalimat “EMERGENCY EXIT”. Memang jika merujuk pada arti “PINTU DARURAT” sangatlah tepat. Tapi entahlah, karena di sini zona Bahasa Indonesia, jadi kami tidak bertanggung jawab terhadap keselamatan bahasa Inggris tersebut, hehe…


 * Tulisan ini diambil dari blog awal "Bahasa, please!" http://benwal.blogdetik.com (ditulis 23 Juli 2010) yang ternyata menuai banyak komentar yang juga menarik untuk dibaca. Berikut di bawah ini adalah semua komentar yang telah disalin-rekat dari sana:

  • benwal 5 years ago
    Kalau gitu ayo mas Faizal, kita sama-sama kasih tahu orang-orang yg belum tahu itu :)
  • Faizal | Akselera 5 years ago
    bahasa Indonesia itu keren banget, tapi sayang masih banyak yang belum tahu
  • benwal 5 years ago
    Ulasan tentang “pintu” yg bagus banget! bener mas Bee, bahasa Indonesia itu keren banget, tapi sayang masih banyak yang belum tahu, atau pura2 tdk tahu, atau nggak mau tahu? yg lebih memprihatinkan, pemerintah juga ikut2an tidak tahu-menahu dg bhs yg indah ini…
  • bee 5 years ago
    Kalo mengacu pada bhs Inggris, memang istilah yg tepat adalah “emergency exit”. Tapi ini kan di Indonesia, seharusnya bhs Inggris yg menyesuaikan dgn istilah bhs Indonesia. Jadi, menurut saya, terjemahan “emergency door” itu sudah cukup tepat.
    Lagipula, “pintu darurat” itu maknanya lebih bagus dari “emergency exit”. Kalau “exit” itu kan berarti hanya untuk keluar, alias satu arah saja. Dan kata “exit” tidak jelas apa bentuknya. Apakah itu pintu, jendela, atau sekedar lubang tikus. Kalo “pintu” itu kan berarti bisa keluar dan masuk, alias dua arah dan bentuknya juga jelas. Dgn demikian, “pintu darurat” tidak hanya bisa digunakan untuk keluar saat ada kondisi darurat dalam gedung, tapi juga bisa digunakan untuk masuk ke gedung saat ada kondisi darurat di luar. Misalnya, ada kerusuhan atau hujan batu.
    Gimana… keren kan bhs Indonesia itu? ;)

BUS WAY RASA ORANG-E




Isu tentang pemakaian bahasa Indonesia bercampur English memang bukan masalah baru, kini hampir di mana-mana hal itu terjadi karena memang tidak ada hukuman apa pun jika kita melakukannya, meski sudah ada undang-undangnya: UU No. 24 tahun 2009.

Saking sering dan terbiasanya, malahan membuat bahasa Indonesia mengalah, hingga bahasa asing tersebut akhirnya resmi masuk ke dalam keluarga besar bahasa Indonesia secara mutlak, maksudnya tidak mengalami penyesuaian lagi.

Salah satu contoh kata yang akhirnya resmi menjadi bahasa Indonesia adalah kata bus yang di KBBI Daring kita akan menemukan artinya yaitu: kendaraan bermotor angkutan umum yg besar, beroda empat atau lebih, yg dapat memuat penumpang banyak. Padahal 25 tahun lalu, kita masih menggunakan kata & tulisan bis untuk menyebut jenis angkutan umum itu. Kini kata bus tersebut ngaconya makin menjadi-jadi dengan ditambahkannya kata way menjadi bus way yang secara resmi digunakan oleh pemerintah daerah setempat di mana makhluk busway itu berada.

Bus way ini juga mengalami makna yang nggak jelas, apakah bermakna sebagai jalur bus sesuai artinya dalam bahasa Indonesia, atau istilah penyebutan jenis busnya? Karena di situ juga tertulis halte bus way yang tentunya bukan berarti halte untuk jalur bus, kan? Kalau di antara jalur bus terdapat halte untuk busnya itu benar.

Ketimpangan berbahasa ini akhirnya diikuti juga oleh warga kotanya. Salah satunya adalah pembuat iklan yang gambarnya bisa kita lihat ada di belakang jembatan halte bus way itu. Bagaimana dengan tanpa dosa membuat kalimat campur aduk BARU! Rasa ORANGE. Selain rasa jeruk, rasa apel, rasa pahit, manis, rasa pedih, sedih, kini ada rasa baru, yaitu rasa orang-e, mudah-mudahan ini bukan minuman untuk para kanibal, hehehe… [b\w]

-------

Tulisan ini diambil dari blog awal "Bahasa, please!" http://benwal.blogdetik.com (ditulis 13 Juli 2010) yang ternyata menuai banyak komentar yang juga menarik untuk dibaca. Berikut di bawah ini adalah semua komentar yang telah disalin-rekat dari sana:

  • myun 5 years ago
     
    nice post…..
    salam kenal…
    kunjungi repository unand
    terima kasih ^^
    .
    = terima kasih kembali, salam kenal & sudah berkunjung juga :)


  • Asrul 5 years ago
    Bener tuh,bahasa asing di indonesiain tanpa memandang arti sebenarnya tanpa melihat jelas, di Riau malah ada nama bus komersil yang di pakai ke luar kota namanya “superben” tau nggak dari bahasa apa aslinya??
    “sub urban!” Gila, jadi aneh banget yah
    .
    = wah, kalo bisa difoto itu bis suberben bagus banget tuh bang Asrul, bisa kita bahas di sini… :D


  • Eky 5 years ago
    Salut untuk Mas Bene dengan ulasan lugasnya mengenai ketimpangan bahasa di kampung halaman kita ini. Padahal alumni Sastra Belanda gitu loh….
    .
    = terima kasih mas Eky, lebih tepatnya lagi sy cuma ‘pernah kuliah’ di Sastra Belanda sebelum akhirnya hijrah ke jurusan grafis terus terjebak di jurusan iklan, hehehe… :D


  • bee 5 years ago
     
    @yudya:
    Tentu saja ada benar dan salah dalam berbahasa. Ada tata bahasa, kamus, peribahasa, idiom, dst, sebagai acuan kita untuk menentukan benar dan salahya kita dalam berbahasa. Apa jadinya kalo kita tidak mematuhi semua itu? Dan itu belum cukup, setelah benar dan salah masih ada lagi yaitu baku dan tidak baku (pergaulan/slang).

    Untuk bahasa pergaulan, saya sepakat kalo kita tidak perlu terlalu ketat dgn aturan berbahasa, yg penting bisa saling memahami antar yg berkomunikasi. Mungkin di sini batasan lazim tidak lazim masih ada hubungannya. Pun dalam bahasa pergaulan juga masih ada aturan dan batasan, walau mungkin tidak seketat dalam bahasa baku.

    Untuk bahasa baku, ini masalah kedisiplinan kita selaku pengguna sekaligus pemilik bahasa. Ada hubungannya juga dengan kepedulian dan kebanggaan kita untuk memelihara bahasa baku yg baik dan benar. Dalam bahasa baku, lazim atau tidak bukan hal yg perlu diutamakan. Idealnya, bahasa baku selalu lazim. Jika ada yg menganggap tidak lazim, mungkin dia sendiri yg tidak lazim dgn penggunaan bahasa baku. Dan itu adalah masalah dia, bukan masalah saya, apalagi kita.

    Apa masalahnya jika kita ganti “busway” dgn “lajur bis”, “trans” dgn “lintas”, “oran[g/y]e” dgn “jingga”, dst? Masalahnya, sebagian besar dari kita sudah tidak disiplin, tidak peduli, dan tidak bangga pada bahasa kita sendiri. Jadilah seperti kondisi saat ini: busway rasa orange. :D
    .

    = terima kasih banyak mas atas tanggapannya yg sgt jelas sekali :D



  • yudya handoko 5 years ago

    Mana kalimat yang benar dari kalimat-kalimat di bawah ini?

    1. “Saya mau pergi ke Glodok naik BUSWAY lewat TRANS JAKARTA”.
    atau
    2. “Dari Glodok ke Blok-M saya naik TRANS JAKARTA lewat BUSWAY”.
    3. “Kemarin baju saya warna COKLAT terkena noda COKLAT”
    4. “Baju saya yang berwarna KECOKLATAN kemarin terkena noda COKLAT”

    Aaaaaah bahasa tidak ada BENAR SALAH yang ada hanyalah LAZIM atau TIDAK LAZIM
    .
    = hehehe… kita sudah mendiskusikan hal ini di facebook ya mas Yudya (http://www.facebook.com/profile.php?id=621054743), kesimpulannya dari saya sih: “sesuatu yg lazim belum tentu benar, dan sesuatu yg benar juga belum tentu lazim” jadi benar-salah dlm berbahasa lebih diperlukan untuk yg baru belajar bhs Indonesia agar tidak terperosok dlm “ketidaklaziman” berbahasa, kira-kira begitu mas :D terima kasih banyak atas perhatian dan kecintaan mas Yudya terhadap bahasa Indonesia :)


  • bee 5 years ago
    Iya tuh, makin parah aja bhs Indonesia. Dan KBBI pun ikut2-an makin ngaco! Sudah bagus2 pake ‘bis’ kok ya tetep masukin ‘bus’. Gak pede banget sih tuh KBBI? Parah bener! :(

    Ngomong2 tentang bis, ada anekdot lucu. Kata tsb menunjukkan betapa kacaunya bhs Inggris. Coba perhatikan… ‘bus’ dibaca ‘bas’ artinya ‘bis’, yg punya ‘bos’. Kacau gak tuh?! Gitu kok bangga pake bhs Inggris. Hahahaha…

    Ngomong2 tentang orang-e. Saya berusaha membiasakan anak2 saya berbahasa Indonesia dgn baik dan benar sejak kecil. Termasuk juga warna. Untuk warna jeruk, saya ajarkan untuk menyebutnya sbg ‘jingga’. Coba ingat, kapan terakhir kali kita dengar kata itu?

    Ketika anak saya sudah masuk TK, gurunya mengajarkan warna jeruk sebagai ‘oreny’. Betul, persis sebagaimana kita membaca ‘orange’ dlm bhs Inggris. Parah gak sih? Masih mending kalo dibaca ‘oranye’. Untungnya anak saya dgn pede menyalahkan gurunya. Katanya, “Bu.. bukan oreny, tapi jingga!”. Hahahaha… kapokmu kapan bu guru?! :D
    .

    = hebat, keren mas, salut bgt sama kecintaannya kpd bhs Indonesia yg ditularkan ke sang junior! guru-guru ngenglish gitu emang musti diberi pelajaran tentang bagaimana mencintai bangsanya, jgn asal ngajar aja… :D

Ucapan Duka Kenapa Musti Pakai Cita?

Sebenarnya ide tulisan ini adalah dari rubrik bahasa harian Kompas pada tanggal 7 Mei 2010. Di rubrik yang berjudul “Bahasa dan Kematian” itu sang penulis, Samsudin Berlian, memaparkan tentang berbagai bahasa yang dipakai oleh agama-agama yang ada di Indonesia ini. Sayang, pak Berlian tidak membahas tentang bahasa pasaran umum yang hampir selalu dipakai ketika kita melayat: “Turut berduka cita!”

Nah, ini dia… kenapa juga ungkapan berduka musti diakhiri dengan kata “cita”? Bukankah kata ‘cita’ itu lebih mengarah ke keadaan yang gembira? Kalau begitu mari kita lihat KBBI Daring tentang kata ‘cita’ yang ternyata punya dua arti:

cita (1) n 1 rasa; perasaan hati; 2 kl cipta; 3 cita-cita; 4 cinta; 5 ide; gagasan;
rasa 1 rasa spt rasa lezat, sedap; 2 Tern derajat penerimaan ternak thd bahan makanan atau ransum;
cita-cita n 1 keinginan (kehendak) yg selalu ada di dl pikiran: ia berusaha mencapai ~ nya untuk menjadi petani yg baik; 2 tujuan yg sempurna (yg akan dicapai atau dilaksanakan): untuk mewujudkan ~ nasional kita, kepentingan pribadi harus dikesampingkan;
bercita-cita v 1 berkeinginan sungguh-sungguh: ia ~ mendirikan rumah sakit untuk rakyat; 2 mempunyai tujuan yg sempurna: bangsa yg ~ luhur;
mencita kl v menciptakan (membuat sesuatu dng kekuatan batin): dapatlah ia ~ negeri dng selengkapnya itu;

mencita-citakan v 1 menginginkan (menghendaki) dng sungguh-sungguh: sikap kritis objektif sangat diperlukan dl masyarakat yg ~ demokrasi; 2 membayangkan sesuatu kpd: mereka selalu ~ dunia baru yg segala-galanya aman dan senang; 3 menjadikan sbg tujuan (akhir): rakyat ~ masyarakat adil dan makmur segera terjelma

cita (2) n kain tenun dr kapas dsb yg berbunga-bunga atau berwarna-warni (biasanya untuk bahan baju dsb);
sayur cita yg kurang baik

Jika melihat arti kata ‘cita’ dari KBBI, jelas sekali kan bahwa sebuah ucapan duka menjadi punya makna yang agak aneh jika ditambahkan kata ini. Turut berduka & ikut belasungkawa mungkin adalah kalimat yang cocok untuk mengganti dukacita, selain tentunya Innalillahi dan ucapan-ucapan khusus yang lain seperti yang ditulis Samsudin Berlian.

Mungkin karena adanya istilah ’suka cita’ banyak yang berpikiran jika ada ’suka’ tentu juga ada ‘duka’, sehingga timbul istilah ‘duka cita’. :) [b\w]

------------

Tulisan ini diambil dari blog awal "Bahasa, please!" http://benwal.blogdetik.com (ditulis 9 Mei 2010) yang ternyata menuai banyak komentar yang juga menarik untuk dibaca. Berikut di bawah ini adalah semua komentar yang telah disalin-rekat dari sana:

  • benwal 2 years ago
    terima kasih sudah mampir, silakan lihat di arti kata ‘cita’ menurut KBBI, semoga nama anaknya sesuai yg diharapkan :)
  • Plaza Modis 2 years ago
    Lagi pengen cari arti nama ‘cita’ buat anak larinya malah ke sini, hihi,..permisi ya
  • Toko Bunga 2 years ago
    batul..batul…batul
  • bunga duka cita 3 years ago
    OK gan, mantap..setuju
  • benwal 5 years ago
    terima kasih buat semua yg sudah sudi meninggalkan guratan komennya di sini… :)
  • keyboard yamaha 5 years ago
    wahq baru tw nih
  • parfum murah 5 years ago
    wah..
    makasi banyak infonya gan..
  • jual laptop 5 years ago
    info mu apik gan
  • jual pulsa 5 years ago
    makasih infonya
  • echa 6 years ago
    *liat komen2 diatas aja*
    blogwalking :) slam kenal
  • gambarmodifikasi 6 years ago
    setuju sekali dengan komentarnya …
  • benwal 6 years ago
    ‘kesepakatannya’ sih masih, hanya saja secara pribadi, ga tau kenapa, sy lebih sreg ga pake ‘cita’ :)
  • nonadita 6 years ago
    Jadi ucapan “Saya ikut berdukacita atas musibah yang anda alami”, masih boleh dipake ya? :mrgreen:
  • benwal 6 years ago
    Terima kasih atas semua komentarnya, memang pada akhirnya bahasa adalah sebuah kesepakatan antar pemakainya, dalam kasus ini jika memang kita semua sepakat untuk menerima kata “dukacita” berarti kata itu resmi secara tidak langsung bagi pemakainya.
    Benar apa yg dibilang mas Bee, mungkin perasaan saya saja yang menganggap kata ‘cita’ melambangkan sebuah suasana bahagia/ceria, karena ternyata secara arti bisa dipakai bersama kata ‘duka’ (’perasaan hati’), hehe…
    Yang jelas kini saya bersukacita karena ternyata masih banyak yang peduli dan cinta terhadap bahasa Indonesia, terima kasih :)
  • agnes 6 years ago
    saya setuju dengan bee, bahwa kata ‘cita’ memiliki arti yang netral.
    Bila dilihat dari definisi pertama yaitu 1 rasa; perasaan hati; maka kalimat turut berduka cita dapat diartikan: turut merasa berduka.
  • Zack 6 years ago
    YSH Teman-teman
    Saya setuju dengan pendapat Bee, cita itu netral, dapat mendampingi duka maupun suka, dengan makna yang berbeda apabila disandingkan pada kata suka dan duka: Rasa suka dan rasa duka
  • suryaafnarius 6 years ago
    Saya setuju dengan bee, mas….
    Surya Afnarius
    Blog Unand Saya
  • haerulsohib 6 years ago
    mmmhhh….mungkin “duka cita” itu seperti idiom, bersatu padu membentuk arti yang lebih bermakna, *ini pendapatku aja ya….oke piss….dah….
  • jarot 6 years ago
    ya nggak ada yg salah donk dari duka cita, kalau merujuk ke
    “cita (1) n 1 rasa; perasaan hati”
    karena memang turut berduka (perasaan hati ) cita.
  • bee 6 years ago
    Saya kurang sepakat, mas. Coba diperhatikan lagi KBBI-nya. Menurut saya makna ‘cita’ cenderung netral dan cocok saja disandingkan dgn kata ‘duka’ maupun ’suka’.
    Kata ‘cita’ dalam ’suka cita’ atau ‘duka cita’ mirip dgn kata ‘rasa’ dalam ‘rasa manis’ atau ‘rasa pahit’ atau ‘rasa senang’ atau ‘rasa sedih’. Kata ‘rasa’ sifatnya netral yg kemudian ditegaskan dgn kata selanjutnya. Kata ‘rasa’ dalam contoh2 di atas juga bisa dibuang tanpa mengurangi makna krn toh semua orang paham bahwa kata ‘manis’, ‘pahit’, ’senang’, ’sedih’ itu berkaitan dgn rasa.
    Jadi, menurut saya, makna kata ‘cita’ yg cenderung mengarah ke keadaan gembira hanya perasaan mas Benwal saja. Kalo kata ‘ria’, saya sepakat. Kata ‘duka ria’ memang terdengar janggal. :D
  • Diah 6 years ago
    Kalau begitu, dibakukan saja kata “bersuka-ria”, jadi kata duka tak bisa ikut-ikutan dengan “berduka-ria” ;)
  • ali hasan 6 years ago
    Arti kata cita pada kamus yang anda kutip kan jelas :
    1. cita = rasa,perasaan hati
    Jadi justru tepat kalau kita mengungkapkan duka dengan berduka-cita , artinya berperasaan duka
    AH
  • arik 6 years ago
    Pemakaian kata duka cita tidak ada salahnya kok. Itu hanya sebuah ungkapan dan harapan.
    Dalam bahasa awam bisa dikatakan, jika habis berduka diharapkan cita yang didapat.
    Dalam pengertian ruhaniah pun orang yang meninggal adalah tentunya menghadap Ilahi ; Yang Maha Kuasa. Ini adalah sebuah cita dari duka yang dirasakan keluarga yang ditinggalkan.
  • nonaManis 6 years ago
    betul mas,
    lebih baik bilang turut berduka :)
  • irma 6 years ago
    Jadi begitu ya.. Trims infonya.. :) http://nicefine.net
  • Paulus Herlambang 6 years ago
    Arti pertama ‘cita (1)’ adalah: rasa; perasaan hati. Jadi, dukacita artinya ‘rasa duka’ atau ‘perasaan hati berduka’.
    Cara penulisan kata ‘dukacita’ dan ’sukacita’, menurut KBBI, disambung (satu kata, bukan dua kata).
    Kita bisa mengucapkan: “turut berdukacita” atau “turut berduka” saja kalau gak mau terlalu panjang (dua-duanya benar)

car free day = mobil bebas hari?

Supir taksi kok nggak tahu yang namanya car free day! tulis seorang teman di jaringan Twitter. Memang agak aneh jika seorang supir yang setiap hari hidupnya ada di jalan bisa tidak tahu yang namanya car free day, yang sangat berhubungan dengan bidang pekerjaannya.

Apa sih car free day itu? Dalam bahasa Indonesia terjemahan bebasnya adalah Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Sebuah program dunia yang bertujuan menekan polusi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Bermula di negara-negara kawasan Eropa pada akhir dekade 90-an (1997 2000) dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2007, tepatnya di uji coba di DKI Jakarta pada bulan Juni.

Lalu, mengapa sang pengemudi taksi itu tidak tahu akan adanya car free day? Kemungkinannya banyak, bisa jadi karena dia anak baru di dunia pertaksian Jakarta, mungkin juga dia adalah orang yang masa bodoh dengan lingkungan sekitar, atau karena tidak tahu apa artinya car free day?

Car free day (mobil bebas hari? ;p), atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor di ibukota resmi dicanangkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta sejak tahun 2007. Entah kenapa bangsa ini malas sekali membuat atau memakai nama Indonesia bahkan dalam urusan resmi untuk banyak orang seperti ini. Bapak-bapak pejabat itu pun mengumumkan program ini dengan bahasa aslinya.
 
Apa yang salah ya dengan Hari Bebas Kendaraan bermotor? Kalau memang kepanjangan, kenapa tidak pakai singkatannya (HBKB)? Atau kalau mau agak capek dikit, mari dicari akronimnya! HARBOR, RIBKOR, BASMOR, atau Anti RANMOR? Hehehe, yang penting lebih dimengerti semua kalangan, sehingga tak ada lagi pengemudi RANUM (kendaraan umum) yang tak tahu apa itu karfrideieniweibaswei… ;p [b\w]

Amprokan Blogger

13 Maret 2010

Mungkin sudah agak telat blog ini menulis tentang judul di atas, tapi nggak juga sih, karena memang blog ini bukanlah sumber berita yang segalanya perlu aktual, bukan? Memangnya apa sih Amprokan Blogger itu? Nah, temukan jawabannya di sini: http://amprokanblogger.com/ mohon maaf kalau harus menjelajah lagi karena blog ini memang agak cupet pembahasannya, ya cuma tentang bahasa :D

Berarti bakalan ngebahas apa itu kata amprokan? Betul sekali, dan hal itu juga sebenarnya sudah berkali-kali dibahas oleh penggagas dan panitia acara tersebut (bagi pembaca yang ikutan acaranya), bahwa kata amprokan konon diambil dari bahasa Bekasi yang merupakan campuran Betawi & Sunda, yang artinya berkumpul, atau bahasa lisannya ngamprok. Penggambarannya kurang lebih adalah sebuah situasi rame-rame pada ngumpul di suatu tempat dengan kondisi duduk ngamprok/lesehan di bawah (tanpa kursi).

Tapi beda lagi pengertiannya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI dalam jaringan), kalo amprokan kata dasarnya adalah amprok, artinya adalah: bersua secara tiba-tiba di tengah jalan atau di tempat lain. Hiyaa sangat tidak cocok dengan maksud dan tujuan acaranya ya? Meski pengertian bersuanya sih bisa diambil, tapi ketika ada secara tiba-tiba di tengah jalan? Mosok acara yang mengundang para narablog se Indonesia ini diadakan tiba-tiba di tengah jalan?

Yah, mungkin memang kata amprokan itu adalah kata khas Bekasi yang belum terdokumentasikan. Perlu orang-orang berdedikasi tinggi untuk menggali lebih dalam tentang bahasa khas Bekasi yang penduduk aslinya memang merupakan campuran dua suku Sunda dan Betawi. Jika sudah terdata dengan baik, bukan tak mungkin dapat memperkaya kosa kata Bahasa Indonesia yang makin hari makin banyak diserbu oleh kosa kata asing. Salut dan apresiasi yang tinggi terhadap penggunaan bahasa lokal di acara berskala nasional, sangat lebih beradab ketimbang menggunakan bahasa asing internasional untuk acara yang sifatnya sangat nasional. [b\w]

Tahun Baru Jigo Lak It (2561)

14 Februari 2010

Menyambut Tahun Baru Imlek, kita kembali diingatkan akan peran etnis Cina dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bagi warga etnis Betawi, kata-kata penyebutan untuk nilai rupiah dalam bahasa Cina sudah menjadi bagian dari budaya berbahasa mereka. Dahulu ketika masih ada nilai uang Rp5 (lima rupiah), orang Betawi biasa menyebutnya ‘go tun’, lalu ‘cap tun’ untuk Rp10 (sepuluh rupiah), ‘ji go’ untuk Rp 25 atau ‘ji go tun’ (dua puluh lima perak, kata ‘tun’ sama dengan perak/rupiah).

Ternyata, menurut sebuah situs bernama Web Gopek www.webgopek.com (gopek = lima ratus), bahasa penyebut angka tersebut aslinya adalah bahasa Hokien yang telah mengalami proses ‘pembetawian’ atau proses adopsi dengan bahasa Melayu-Betawi, sehingga memungkinkan untuk dilafalkan oleh warga etnis Betawi atau Melayu. Di dalam situs itu pula jelas ditulis urut-urutan penyebutan Cina untuk angka-angka mulai dari ‘tun’ untuk perak, ‘pek’ untuk ratusan, ‘ceng’ untuk ribuan, ‘ban’ untuk puluhan ribu, dan ‘tiao’ untuk jutaan.

Tapi kenapa hanya penyebutan angka-angka saja yang bisa beradaptasi dengan bahasa Melayu Indonesia? Ini sudah pasti karena memang struktur bahasa Cina itu sangat jauh berbeda dengan Melayu sehingga tak mudah dilafalkan, dan ini juga sangat berhubungan dengan posisi etnis Cina ketika itu yang sangat menguasai sektor perdagangan, sehingga istilah-istlah yang sangat berhubungan dengan transaksi daganglah yang lebih cepat diserap.

Cukup mengagetkan ketika mengetahui bahwa ternyata kata ‘gopek’ masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia daring yang artinya memang lima ratus. Sementara kata ‘Cina’ di KBBI daring ada yang aneh, selain memang kata Cina berarti nama sebuah negeri dan bangsa, ada satu istilah di situ yaitu ‘cina buta‘ yang artinya: orang yg menikahi perempuan dng dibayar (supaya perempuan itu setelah dicerai dapat kawin lagi dng bekas suaminya yg telah tiga kali menalaknya). Nah lho, kok bisa begitu ya artinya?

Namun pastinya, asimilasi budaya antara etnis Cina dan Indonesia Nusantara sesungguhnya sudah berlangsung lama, hanya saja para manusia kolonialis Eropa/Belanda sengaja memberi jarak sehingga timbul istilah ‘cina’ dan ‘pribumi’ yang sebetulnya tidak pernah ada, dan seharusnya tidak terjadi.

Selamat Tahun Baru Imlek 2561 (jigo lak it?).

Statusnya Kata 'Status'

salah satu contoh status di sosial media
Berapa kali kira-kira kita menemukan, membaca, memikirkan, atau bahkan menulis atau mengucapkan kata status dalam sehari? Buat orang yg hari-harinya tak lepas dari dunia maya (tanpa sari), apalagi ditambah fenomena Blackberry dengan Facebook dan Twitter-nya, kata ini sudah jadi hiasan tetap di dalam pikiran mereka, setiap saat.

Kata status dalam bahasa Indonesia sepertinya sudah sangat berkembang artinya, sudah tak cocok lagi dengan arti harafiahnya seperti di bawah ini (dari KBBI Daring):

status n keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb) dl hubungan dng masyarakat di sekelilingnya;
berstatus v mempunyai status (sbg); berkedudukan: ayahnya - (sbg) pimpinan sementara di kantornya

Padahal sehari-hari kita memakainya lebih dari sekadar berhubungan dengan keadaan masyarakat dan lingkungannya. Contohnya ketika ada seorang boss yang menanyakan sudah sampai mana pekerjaan yang dilakukan oleh anak buahnya: Status kerjaan kamu udah sampe mana? Nah loh! Ada lagi tuh yang mengaitkan status dengan jarak dan tempat: sudah sampai mana?

Nggak usah jauh-jauh lah, kita lihat saja KTP masing-masing, di situ akan kita temukan tulisan Status perkawinan. Tapi kalau ini masih bisa tepat, karena artinya adalah bagaimana keadaan atau kedudukan perkawinan si orang yang namanya ada di KTP tersebut sehingga masyarakat sekelilingnya mengetahui bahwa dia sudah atau belum kawin etdaah… panjang benerrr…

Status di dalam bahasa Indonesia lebih tepat jika disamakan dengan kata kondisi yang artinya dalam KBBI Daring adalah persyaratan atau keadaan. Tapi kini status lebih banyak merupakan sebuah pernyataan dari seseorang, atau sebuah institusi. Apalagi jika kita lihat yang namanya status di jejaring sosial internet saat ini, sungguh luas artinya.

Di Facebook, kita akan menemukan yang namanya status itu tak hanya tulisan yang menggambarkan kondisi keadaan si pemiliknya, tapi juga bisa berupa doa, harapan, umpatan kekesalan, opini, bahkan ada yang informasi tentang warna bra yang sedang dipakainya, hehehe. Kalau sudah begini, arti status bukan lagi kondisi, keadaan, kedudukan, atau malah persyaratan, tapi sudah menjadi sebuah tulisan berupa kata atau kalimat yang bisa berarti apa saja. Statusnya kata status saat ini sudah lebih dari sekadar status. Haiyaah apa siih, gitu aja kok repot (mengenang alm. Gus Dur)… [b\w]

Tema Malam Tahun Baruan dengan Bahasa Asing

30 Desember 2009 

Ada tulisan bagus di Kompas tentang tema-tema yang diangkat untuk acara menyambut tahun baru 2010 

Selamat Tahun Baru 2010!   :D

Tema dengan Bahasa Asing

Dianggap Lebih Berkelas dan Dapat Mendongkrak Gengsi
Selasa, 29 Desember 2009 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Berbagai tema acara ditawarkan hotel dan tempat hiburan untuk menyambut malam pergantian tahun 2009 ke tahun 2010. Sebagian besar dari tema yang dimaksudkan untuk menarik tamu sebanyak-banyaknya itu ditulis dalam bahasa Inggris.

Fenomena ini, antara lain, terlihat di Hotel Gran Melia, Jakarta, yang untuk perayaan pergantian tahun kali ini menawarkan tema Romantic Red Flair.

Humas Hotel Gran Melia, Imuthia Yanindra, Senin (28/12) di Jakarta, mengatakan, pihaknya sengaja mengangkat tema romantis dan diasosiasikan dengan warna merah atau red dalam bahasa Inggris. Kata flair mengacu pada logo Grand Melia yang baru dan saat ini masih diperkenalkan kepada masyarakat, jelas dia. Logo baru hotel itu berupa aksen berwarna merah di atas huruf A pada kata Melia.

Dalam Advanced English-Indonesian Dictionary yang disusun Drs Peter Salim, kata flair diartikan sebagai pengamatan yang tajam atau bakat alam.

Sementara itu, Hotel Borobudur Jakarta tidak menggelar acara yang terpusat di satu ruangan atau mengundang artis pengisi acara. Public Relations Manager Hotel Borobudur Francisca Kansil menjelaskan, pihaknya berusaha menarik tamu dengan menyediakan berbagai permainan untuk anak kecil dengan tarif berkisar Rp 50.000 sekali main.

Namun, setiap restoran di Hotel Borobudur memiliki tema tersendiri dalam merayakan malam pergantian tahun. Contohnya Bogor Cafe yang menawarkan tema Special New Years Eve Buffet atau Bruschetta Italian Restaurant yang mengusung tema New Yorks Eve Set Menu New Yorker Style.

Hotel JW Marriott Surabaya juga memilih tema dengan bahasa asing, yaitu The Spirit of Colours. Hal serupa dilakukan Sheraton Surabaya Hotel & Towers dengan tema Celebrations Are Better When Shared.

Sementara Ancol Taman Impian, Jakarta, untuk merayakan Tahun Baru 2010 kali ini menawarkan tema Explore Your Imagination. Corporate Communications PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Ni Ketut Sofia Cakti mengatakan, tema itu diperoleh karena sesuai namanya, selama ini Ancol telah mengusung mimpi.

Namun, dalam perayaan Tahun Baru kali ini, kami ingin mengusung tema yang lebih dari sekadar mimpi. Akhirnya ketemu kata imagination, maknanya lebih dalam, ujarnya.

Menurut Sofia, pihaknya sengaja menggunakan bahasa Inggris supaya lebih mengena ke semua golongan masyarakat. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris dinilai lebih kreatif, efektif, dan mudah dipahami.

Pakar linguistik bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Praptomo Barayadi, melihat, pemakaian bahasa Inggris sebagai slogan atau tema perayaan Tahun Baru merupakan bagian dari upaya meningkatkan citra acara tersebut.

Pihak penyelenggara mungkin menilai bahasa Inggris lebih berkelas daripada bahasa Indonesia atau bahasa daerah, ujar Praptomo.

Namun, antropolog Universitas Padjadjaran Bandung, Budi Rajab, berpendapat, kecenderungan penggunaan istilah asing untuk tema acara ini menunjukkan mental bangsa yang rendah diri dan sifat yang mau gampangnya saja.

Penggunaan istilah asing, lanjut Praptomo, sudah berlangsung sejak tahun 1990-an, yaitu ketika globalisasi mulai terasa di berbagai bidang. Awalnya, istilah itu hanya sebatas tren, tetapi kemudian dinilai mampu mendongkrak gengsi penggunanya hingga bertahan sampai sekarang.

Namun, lanjut Praptomo, fenomena pemakaian bahasa asing itu tidak lantas melemahkan posisi bahasa Indonesia. Dia yakin bahasa Indonesia bisa menjadi tren asal ada keberanian dari pengusaha dan media untuk memulai penggunaannya dan pemerintah serius memasyarakatkannya. (WIE/YOP/ACI/ELD)

Tautan: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/29/03001375/tema.dengan.bahasa.asing

Semoga Tulisan Pak Anton Diperhatikan Pemerintah

6 Nov 2009

Meski Kompas sudah sejak awal menggunakan kata ‘Rembuk Nasional’ untuk menggantikan National Summit, tapi belum membahas secara khusus hingga akhirnya pada terbitan Jumat 6 November 2009 khusus dibahas di kolom ‘Bahasa’.

Adalah Anton Moeliono, yang dikenal sangat disiplin dalam soal bahasa (karena dulu penulis sempat menjadi mahasiswa beliau :D), yang akhirnya tergelitik untuk membahasnya. Sejalan dengan yang telah ditulis di blog ini tentang Pelanggaran pasal 28 UU No.24 - 2009 oleh Presiden, pak Anton juga menulis tentang pelanggaran pasal 32 tentang kewajiban penggunaan bahasa Indonesia di forum nasional. Untuk lebih lengkapnya silakan baca tulisannya yang diambil dari sini (situs kompas cetak).

“National Summit”?

Jumat, 6 November 2009 03:20 WIB
 
Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, yang biasanya kita peringati dengan memperbarui itikad membela Tanah Air, memajukan bangsa, dan mengembangkan bahasa persatuan, tahun ini berbeda corak penghayatannya. Sehari sesudahnya ada musyawarah akbar nasional yang dibuka presiden Indonesia, dihadiri menteri dan pejabat Indonesia.

Pendek kata, wakil semua pemangku kepentingan turut serta dan berjuta-juta warga masyarakat Indonesia jadi saksi lewat media massa. Walaupun tujuannya demi kemajuan Indonesia, pertemuan itu diberi nama Inggris yang perkasa: National Summit 2009. Padahal, pada bulan Juli 2009 oleh presiden yang sama diundangkan Undang-Undang Nomor 24 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Walaupun di dalamnya ada pasal 32 yang mewajibkan pemakaian bahasa Indonesia dalam forum yang bersifat nasional, pelanggaran terhadap pasal itu oleh siapa pun tidak dapat dipidana karena memang tidak ada sanksinya. Jadi, berbeda dengan ketentuan tentang bendera, lambang negara, dan lagu kebangsaan, ketentuan tentang bahasa nasional sekadar macan ompong.

Perlukah diajukan ujian materi ke Mahkamah Konstitusi?

Tambahan lagi, menurut kaidah tata bahasa Inggris yang baku, urutan kata dalam frasa mengikuti hukum M-D, bukan D-M. Bentuknya yang tepat: (The) 2009 National Summit. Banyak rakyat biasa yang tahu arti national, tetapi tidak dapat menebak makna summit. Untuk menguji dugaan saya, saya tanya sopir saya, Asep. Tanggapannya tidak mencengangkan, Kalau arti sumpit saya tahu, Pak, tetapi arti summit saya tidak tahu. Apa masih ada hubungan dengan Sumitomo?

Karena jadi guru, saya merasa perlu menjelaskan berbagai makna kata summit kepadanya. Pertama, summit mengacu ke puncak gunung. Kedua, secara kias kata itu menunjuk ke titik atau capaian yang tertinggi; misalnya, puncak karier, puncak prestasi. Ketiga, kata summit merujuk ke pertemuan internasional sekumpulan kepala pemerintah, atau wakilnya, yang membahas perkara penting seperti perdamaian, perdagangan dan ekonomi dunia.

Seandainya kita kembali melaksanakan pasal 36 undang-undang dasar kita, seturut sumpah jabatan yang baru diucapkan di muka rakyat, dan memberi nama Indonesia kepada pertemuan itu, ada beberapa pilihan. Media pers senang pada konferensi tingkat tinggi dan musyawarah tokoh nasional. Di dalam kamus besar Pusat Bahasa, yang jarang dimiliki dan dibuka oleh birokrat kita, ada masukan rembuk (dengan k) nasional yang diberi makna musyawarah pemuka-pemuka bangsa.

Apakah rembuk nasional, maaf, summit itu membuktikan lagi bahwa bahasa Indonesia belum jadi unsur jati diri kita?

Jika pemerintah dan DPR membulatkan hati akan meningkatkan pencerdasan kehidupan kita, maka yang diperlukan ialah keteladanan pemimpin bangsa dan pemuka masyarakat: harus memberi contoh memiliki sikap menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia dan jangan memamerkan pengenalan bahasa Inggris di muka khalayak ramai.

ANTON M MOELIONO Munsyi, Guru Besar Emeritus Linguistik UI


*awalnya judul di atas memakai kata ‘dibaca’ jadi “Semoga tulisan pak Anton dibaca pemerintah”, tapi setelah dipikir, kalau cuma dibaca tanpa ada tindak lanjutnya ya sama aja bo’ong, makanya diganti jadi ‘diperhatikan’, dan semoga masalah bahasa ini benar-benar juga jadi perhatian pemerintah kita :)