Bahasa Lebaran

4 Sep 2011

Entah dari mana asal kata Lebaran yang merupakan istilah Indonesia untuk Idulfitri, yang jelas dalam KBBI Lebaran bermakna: hari raya umat Islam yg jatuh pd tgl 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan; Idulfitri. Semua orang di Indonesia juga tahu itu pastinya.

Lebaran yang keberadaannya didahului dengan puasa selama sebulan di bulan Ramadan, memiliki banyak istilah-istilah yang timbul hanya di satu bulan tersebut, yang kemungkinan kecil pada bulan-bulan lain tidak atau sangat jarang digunakan. Mulai dari sahur, imsakiyah, tarawih, isbat, hisab, rukyat, hingga lailatul qadar dan itikaf yang kesemuanya dari bahasa Arab.

Di bulan Ramadan kita pasti sering mendengar istilah buka puasa. Bagaimana ceritanya, seorang yang seharian berpuasa menahan lapar dan dahaga, ketika akan mengakhiri aktivitasnya disebut dengan berbuka? Lha, memang apanya yang dibuka? Mulutnya? Seharusnya kata yang tepat adalah membatalkan puasa atau lebih tepat lagi mengakhiri puasa (pada hari itu). Tapi ya sudah terlanjur populer, istilah buka ini malah sudah resmi jadi akronim, ada bukber (buka bersama), atau bubar (buka bareng).

Menjelang hari Lebaran, kata mudik mulai jadi santapan setiap hari di media. Kata ini dalam KBBI berarti: (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman). Jika melihat artinya, asal kata ini dari kata udik yang berarti hulu sungai atau kampung, dusun, desa yang sangat berhubungan erat dengan aktivitas mudik itu sendiri yang memang bergerak kembali ke pedalaman atau ke kampung/desa/dusun asal dari para pemudik sebelum tinggal/bekerja di kota.

Ketika sudah di kampung halaman, para pemudik terutama dari suku Jawa, biasanya mereka melakukan aktivitas sungkem kepada orang tua, dan juga melakukan kunjungan atau sowan kepada sanak keluarga. Hebatnya, kata dari bahasa Jawa ini sudah resmi masuk KBBI. Sungkem artinya: sujud (tanda bakti dan hormat), sedangkan sowan berarti: menghadap (kpd orang yg dianggap harus dihormati, spt raja, guru, atasan, orang tua); berkunjung.

Ada yang lucu pada ucapan ketika Lebaran tiba. Kalimat minal aidin wal faizin sering disangka orang berarti mohon maaf lahir batin, padahal BUKAN! Kalimat dari bahasa Arab itu seharusnya lengkap seperti ini: jaalanallahu minal aidin wal faizin yang artinya: semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang. Saking merasuknya arti mohon maaf tersebut, sampai-sampai ketika saling bertemu orang menyingkatnya jadi Minal aidin ya… atau yang lebih ekstrim jadi Minal-minul ya… yang tentunya sudah sangat tidak bermakna lagi.

Sebenarnya, daripada bingung, sebagai orang Indonesia pakailah bahasa yang sudah jelas diketahui siapa saja jika ingin mengucapkan kepada sesama warga republik ini. Apa susahnya menulis atau mengucapkan selamat Lebaran, mohon maaf lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar