Kata di atas lagi sering-seringnya dipakai 
(karena bulan puasa), ini ada tulisan bagus tentang asal kata 
‘ngabuburit’, trima kasih untuk mas Mulyadi yang mengizinkan tulisannya ‘diambil’ (copy-paste apa bhs Indonesianya  ya?) dan ditaruh lagi di sini 
 
Sejarah Ngabuburit
Melihat banyak teman bercerita dan menulis 
tentang aktivitas selama bulan puasa, khususnya kegiatan ‘ngabuburit’…. 
membuat saya penasaran , dari manakah asal muasal kata ini…? Tentu saja 
dari segi istilah kata ini dipakai pada masyarakat sunda, tapi seiring 
dengan waktu istilah ‘ngabuburit’ ini kemudian menjadi milik umum 
masyarakat Indonesia, lazimnya dipakai di Pulau Jawa. Menarik rasanya 
melihat latar belakang dan asal sejarahnya, sehingga kekeliruan 
mengartikan ‘ngabuburit’ sebagai NGABU dan (maaaaaf) BURIT.
Ngabu; terbentuk dari meng+abu,
 kemudian diplesetkan menjadi ngabu. Contohnya seperti pada meng+karet 
(mengaret) oleh orang kita sering diplesetkan menjadi ngaret. Atau 
meng+harap yang menjadi ngarap/ngarep.
Arti dari Ngabu sendiri adalah menjadi (bersifat) abu-abu (kelabu).
Burit; emmm…. masih perlu dibahas? enggak khan??Arti dari Ngabu sendiri adalah menjadi (bersifat) abu-abu (kelabu).
OK,
jadi arti NGABUBURIT adalah: BURIT YANG MENJADI ABU-ABU
seperti yang tertuang dalam http://iniblogbudi.blogspot.com/2008/09/etimologi-ngabuburit.html.. tidak perlu terjadi.
****
Ngabuburit dari segi kata
 berasal dari bahasa Sunda, artinya kurang lebih menunggu saat berbuka 
puasa. Padahal kata dasarnya sendiri sesungguhnya tidak ada hubungannya 
dengan puasa. Burit berarti sore. Ngabuburit berarti menunggu sore, 
artinya tidak harus bulan puasa saja. Karena buka puasa dilakukan di 
sore hari (maghrib) maka akhirnya ngabuburit pun dipersempit artinya 
menjadi: menunggu saatnya buka puasa.
Sejak kapan aktivitas 
ngabuburit mulai dilakukan orang? Tidak ada yang tahu secara pasti. Tapi
 kemungkinan besar sejak orang berpuasa di bulan Ramadhan, karena 
kegiatan ini memang tujuannya untuk perintang-rintang waktu, biar nggak 
bosen nunggu waktu buka puasa.
Banyak kegiatan yang 
dilakukan sebagai pengisi waktu di sore hari alias ngabuburit. Salah 
satunya misalnya program pesantren kilat yang digelar selama bulan 
Ramadhan. Kebanyakan memang dilakukan di sore hari. Sambil ngabuburit, 
sekaligus juga dapat tambahan ilmu keagamaan.
Tapi banyak juga 
aktivitas ngabuburit yang tidak ada kaitan langsung dengan nuansa 
keagamaan. Ya, ini sih benar-benar sekedar perintang-rintang waktu. Bisa
 jalan-jalan, main games, nge.MP ria, bisa nongkrong di taman kota, baca
 buku, atau yang lainnya. Silakan pilih sendiri.
Sebetulnya memang tidak 
ada aturan yang mengatur kegiatan apa saja yang boleh dilakukan pada 
saat ngabuburit. Hanya saja, jangan sampai kegiatan ngabuburit ini 
mengurangi nilai ibadah puasa kita. Ngabuburit hanyalah aktivitas 
tambahan pada saat menjalankan ibadah puasa.Tujuannya agar kita tidak 
bosen menunggu saat buka puasa. Yang namanya aktivitas tambahan tentu 
tidak boleh mengalahkan aktivitas utama.
Ngabuburit Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
SEKARANG
 para penulis ataupun wartawan tak perlu lagi memiringkan kata 
ngabuburit saat menyusun artikel ataupun berita. Hal ini karena kata 
yang berasal dari bahasa Sunda tersebut sudah resmi menjadi lema (entri)
 ataupun sublema pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa 
Edisi Keempat yang terbit belum lama ini. Tahun terbitnya (yang resmi) 
2008 tetapi baru diluncurkan ke pasaran sekitar Januari 2009.
Masuknya
 ngabuburit sebagai lema ataupun sublema pada KBBI IV dikemukakan Ketua 
Forum Bahasa Media Massa (FBMM) T.D. Asmadi saat menyampaikan sambutan 
pada acara Bedah Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat
 di Bentara Budaya Jln. Palmerah Selatan 17 Jakarta, Selasa, 24 Februari
 2009 lalu. Ya, begitu terbit, KBBI IV langsung dibedah oleh para ahli, 
pemerhati, peminat, dan pengguna bahasa Indonesia. Mereka antara lain 
para insan pers, guru, dan para akademisi.
Para
 pembicara pada acara itu adalah Prof. Bambang Kaswanti Purwo (Guru 
Besar Linguistik Universitas Katolik Atmajaya Jakarta), Meity Taqdir 
Qodratillah (Kepala Subbidang Perkamusan dan Peristilahan Pusat Bahasa),
 Dumaria (guru SMAN 55 Jakarta), Tri Agung Kristanto dan Galih 
Smarapradhipa (Kompas). Acara ini berlangsung menarik, apalagi Dr. 
Felicia Nuradi Utorodewo, pakar bahasa dari Universitas Indonesia, 
bertindak sebagai pemandu. T.D. Asmadi sendiri menyumbangkan makalah 
yang tidak disampaikan di depan forum.
Setelah
 dicek di KBBI IV, ngabuburit berstatus sublema dari lema burit (sore) 
dan tercantum di halaman 226. Ngabuburit (Sd) berarti menunggu azan 
magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan. Pada halaman 
226 ini masih ada lema burit dengan arti lain, yakni bagian belakang, 
yang salah satu bentuk turunannya adalah buritan.
Kata
 kabita pun sudah dimuat sebagai lema di halaman 597 KBBI IV dengan 
kelas kata verba (kata kerja). Kabita (Sd) berarti tertarik dan 
menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dialami orang lain. KBBI IV 
memberi contoh kalimat, melihat orang lain makan enak, kita suka kabita.
 Dengan demikian, semakin banyak saja kosakata bahasa Sunda yang 
memperkaya bahasa Indonesia.
Pada
 sublema ngabuburit, penyusun KBBI IV tetap mencantumkan embel-embel 
“(Sd)” yang berarti kata-kata ini berasal dari bahasa Sunda. Hal ini 
dimaksudkan agar identitas atau asal usul suatu kata tetap bisa dilacak.
 Jadi unsur kesejarahan kata senantiasa diperhatikan, terutama bila 
menyangkut kata yang berasal dari bahasa daerah. Itulah sebabnya para 
ahli bahasa pun senantiasa menempatkan awalan, sisipan, dan akhiran 
dalam identitas atau posisi yang jelas karena akan mempermudah kita 
mengetahui sejarah pembentukan suatu kata. Hal ini pernah dikemukakan 
Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono.
Hal
 berbeda terjadi pada kata bahasa Sunda lain yang sebenarnya sudah 
dikenal luas, yakni keukeuh dan kadeudeuh. Belum diketahui, apa penyebab
 kedua kata itu belum dicantumkan sebagai lema ataupun sublema. Apakah 
mungkin karena mengandung vokal “eu” sehingga tidak semua kalangan bisa 
mengucapkannya dengan mudah? Bila dilihat dari sudut jangkauan 
pemakaian, tampaknya kedua kata itu sudah dipakai kalangan luas, tidak 
hanya warga (Jawa Barat) yang berbahasa Sunda. Dengan demikian, perlu 
dipertanyakan apakah studi tentang jangkauan pemakaian kata itu sudah 
dilakukan dengan optimal?
(Artikel di atas ditulis dan dimuat di benwal.blogdetik.com pada 5 September 2009) 
Thanks infonya. Oiya ngomongin ngabuburit, ternyata ada loh kegiatan ngabuburit yang bermanfaat dan diklaim bisa bikin kaya. Cek di sini ya man teman: Kegiatan ngabuburit yang berfaedah dan bikin kaya
BalasHapus